Social Icons

Saturday, March 30, 2013

Home » » Cerpen The Dreams

Cerpen The Dreams

Salam blogging semua,,

Malam ini saya akan memposting cerpen kedua yang akhirnya bisa saya selesaikan setelah terabaikan beberapa lamanya. Silahkan dibaca, jika ada yang ingin memberi komentar, kritik dan saran, dipersilahkan, pasti saya terima dengan senang hati. Cerita ini hanya sekadar imajinasi belaka, jadi mohon maaf jika ada yang memiliki nama atau karakter yang sama.
Selamat membaca.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ah, mimpi. Menurut orang mimpi hanya sekedar bunga tidur, tidak ada artinya. Tapi menurutku, terkadang mimpi bisa menjadi suatu pertanda bagi kita, bila kita dapat dengan cermat memahami artinya.
Namaku charissa alycia, diambil dari bahasa yunani. Bagiku mimpi lebih dari sekedar bunga tidur, terkadang mimpi bisa menjadi sebuah pertanda, karena aku pernah beberapa kali mendapatkannya. Seperti malam itu.

Walaupun samar-samar, tapi aku dapat sedikit mengingat mimpiku kemarin malam. Aku sedang bersama seseorang, laki-laki, sepertinya kami sedang mengobrol dan aku ingat bahwa aku tertawa dalam mimpi itu, walau aku tidak bisa mengingat wajah laki-laki itu. Awalnya aku tidak ambil pusing dengan mimpi itu, tapi kejadian hari ini membuatku mau tak mau mencoba mengingatnya.

***

Aku sedang bersama Yanti, sahabat karibku sejak bangku SMP. Walau kami tidak kuliah di jurusan yang sama, tapi kami masih sering hangout bersama. Bagiku, dia sahabat terbaikku, karena tidak ada yang bisa mengerti aku sebaik dia mengerti aku. Siang itu kami sedang jalan ke Mall sekedar untuk bersantai lalu singgah ke sebuah restoran untuk makan siang. Tiba-tiba hp ku berbunyi, menunjukkan bahwa ada sms yang masuk. Aku tersenyum membaca pesan itu. 

" Siapa, ris? " tanya Yanti.
" Alex. Temannya temanku dikampus. Kami sering smsan akhir-akhir ini sejak Sherly memintanya untuk mengantarkanku pulang dari acara camp minggu lalu karena kebetulan kami searah pulangnya" jawabku menjelaskan. Aku selalu terbuka pada Yanti. Aku sering bercerita padanya tentang kegiatanku dikampus, termasuk tentang orang-orang yang sedang dekat denganku.
" Oh, si Alex itu. Seperti apa orangnya? "
" Orangnya baik, lucu. Dia selalu bisa membuatku tertawa. Orangnya juga suka olahraga basket lho, sama kayak aku, walau aku gak pernah main lagi. Pribadi yang menarik "
" Baguslah kalau begitu. Setidaknya ada seseorang yang bisa mengalihkan perhatianmu dari si brengsek itu, lebih bagus lagi kalau orang itu bisa menggantikannya, siapa tahu dia bisa membuatmu bahagia “ ujar Yanti sambil mengerling padaku.
“ Hm, ya mudah-mudahan “ jawabku singkat.

Sorenya saat aku sedang bersantai dirumah, tiba-tiba hp ku berdering. Kulihat nama penelpon yang tertera di layar, Alex. Aku segera pergi ke belakang rumah lalu duduk di gazebo yang menghadap ke kolam renang sebelum mengangkat telepon darinya. Itu pertama kalinya dia menelponku setelah kami saling berhubungan beberapa waktu ini. Kami mengobrol cukup lama, beberapa kali aku tertawa karena candaannya. Setelah agak lama, kami menyudahi obrolan kami dan berjanji untuk bertemu besok saat makan siang.

Kejadian sore ini mau tak mau membuatku mulai teringat pada mimpiku itu. Apa jangan-jangan laki-laki yang ada dimimpiku itu adalah si Alex ya? Pikirku. Jangan-jangan mimpi itu pertanda bahwa sebentar lagi aku akan bersama seseorang yang bisa membuatku bahagia, seperti kata Yanti. Aku mulai berpikir macam-macam. Karena aku merasa pernah mendapat mimpi pertanda beberapa kali sebelumnya, hanya saja aku tidak terlalu menghiraukannya. Daripada berpikir yang tidak-tidak, aku langsung tidur saja, siapa tahu malam ini aku dapat mimpi pertanda lagi.

***
Keesokan hari, saat siang, seperti janjiku pada Alex, kami bertemu kemudian pergi makan siang bersama di sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari kampus. Kami sempat mengobrol sambil makan. Dia orang yang easy-going. Setelah makan siang, kami sempat jalan-jalan ke mall kemudian Alex mengajakku bermain basket bersama, lebih tepatnya dia mengajariku bermain basket, aku merasa sangat senang hari itu.

Setelah hari itu, kami beberapa kali bertemu diluar untuk sekedar makan siang atau bersantai di sebuah cafe dan mengobrol atau bermain basket bersama, dan beberapa malam itu dia juga sering meneleponku. Aku merasa kami semakin dekat.

Kemudian pagi di hari jumat, kami bersmsan seperti biasa. Aku mengajaknya bertemu, tapi dia tidak bisa karena tidak ada kendaraan untuk pergi, mobil miliknya sedang dipakai adiknya untuk pergi.
Karena siang itu aku sudah tidak ada perkuliahan, aku pun memutuskan untuk datang bermain ke rumahnya sambil membawakan sedikit makanan untuk cemilan saat kami mengobrol.

Ternyata dia sedang sendiri dirumah, jadilah kami hanya berdua. Walau sempat canggung, tapi dia bisa mencairkan suasana. Dia selalu bisa untuk membuatku merasa nyaman. Dia mengajakku menonton film kesukaannya di ruang keluarga. Kami juga bercanda dan tertawa. Saat kami sedang bercanda, tiba-tiba saja tanganku dipegangnya. Kami sempat bertatap mata selama beberapa saat. Jantungku tiba-tiba saja berdegup kencang tak keruan, segera saja kulepaskan tanganku dari pegangannya.
Keadaannya jadi sedikit canggung, tapi tak lama kemudian, adik Alex pulang ke rumah dan aku berkenalan dengan adiknya dan mengajaknya mengobrol bersama kami, jadi aku bisa sedikit lega karena kami tidak hanya berdua saja.
Aku pulang dari rumahnya saat sore hari. Aku sempat mengiriminya pesan yang berisi ucapan terimakasih karena sudah menemaniku hari itu dan bisa membuatku tertawa lepas seharian, juga ucapan hati-hati dan selamat jalan, karena malam itu dia akan pergi bersama keluarganya untuk berlibur.

***
Beberapa hari setelah Alex pergi berlibur, aku merasa intensitas kami berhubungan perlahan berkurang. Aku mulai merasa sepi jika sehari saja kami tidak smsan. Padahal sejak kejadian sore itu, aku jadi selalu teringat padanya. Seminggu, dua minggu, tiga minggu, dan tak terasa sudah hampir sebulan kami tidak bertemu, masih dengan intesitas sms yang sedikit. Setiap ditanya, Alex beralasan bahwa dia sedang sibuk menemani keluarganya jalan-jalan.
Tapi hari ini dia bilang bahwa dia akan kembali dari berlibur dan sedang dalam perjalanan. Akupun berdoa agar dia selamat di perjalanan dan segera sampai. Malamnya, dia meneleponku untuk mengabarkan bahwa ia sudah sampai. Kamipun mengobrol beberapa saat sebelum dia menutup telepon untuk beristirahat.

Aku tidak sabar menunggu esok untuk bertemu dengannya, karena aku ingin bertemu dengannya. Tapi malam itu aku bermimpi yang tidak menyenangkan. Aku bermimpi tentang Alex walau aku tidak ingat pasti bagaimana mimpi itu, tetapi kali ini mimpi itu terasa menyedihkan. Aku terbangun dengan perasaan sesak di hati. Aku ingin sekali mimpi itu hanya sekedar bunga tidur. Aku mencoba untuk tidak menghiraukan mimpi itu dan kembali tidur.

***
Esoknya, saat aku pergi ke kampus, aku melihatnya sedang duduk bersantai bersama Sherly dan kawan-kawannya yang lain. Saat Sherly melihatku, ia memanggilku untuk ikut bergabung, akupun mendekat dan ikut bergabung dengan mereka, tetapi mencoba mengambil jarak agar tidak terlalu dekat. Aku berpura-pura acuh, begitu pula dengan Alex. Aku sempat mendengar percakapan mereka yang menanyakan kepada Alex kabar cewek gebetannya yang rupanya adalah sahabat SMA Sherly. Sejak itu kami belum pernah berhubungan lagi. Aku merasa tidak ingin terburu-buru untuk menghubunginya jika dia tidak menghubungiku terlebih dulu. Gengsi dong, pikirku. Sampai suatu malam aku kembali bermimpi tentang Alex.

Mimpi itu memperlihatkan saat Alex sedang bersama seorang wanita tak kukenal, mereka berdua tertawa bahagia, dan aku hanya melihat dari jauh. Aku terbangun. Perasaan aneh menjalari hatiku. Aku merasa itu sebuah mimpi pertanda lainnya. Mungkin pertanda bahwa dia bukanlah orang yang ada di mimpiku sebelumnya, mimpiku bersama seseorang sambil tertawa bahagia.

***

Dua minggu telah berlalu dan aku hilang kontak dengan Alex. Kami tidak berhubungan sama sekali selain saat bertemu di kampus dan saling sapa. Aku sempat mendengar kabar tentangnya dari Sherly bahwa dia sudah resmi berpacaran dengan sahabat Sherly. Saat pertama mendengarnya aku langsung berpikir, sepertinya memang bukan dia orangnya. Aku pun sudah tidak terlalu kepikiran dengannya dan rasa sukaku padanya perlahan menghilang.

Aku merasa pengalaman berdekatan dengan seorang cowok cukup untuk saat ini. Aku ingin lebih memfokuskan diri untuk segera menyelesaikan kuliahku. Karena masih banyak hal yang dapat kulakukan, lagipula aku masih punya sahabat baikku yang selalu ada untukku disaat senang maupun sedih. Aku hanya berharap suatu hari nanti mimpi pertanda itu akan semakin jelas dan aku bisa melihat siapa orang yang bisa membuatku tertawa bahagia bersamanya.

***END***

6 comments :

  1. huaaaaa, dari dulu pengen bisa bikin cerpen. tapi selalu mentok di ide, gak pernah dapet ide ceritanya. Btw, cerpennya bagus. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh makasih ya udh mw baca dan komen cerpen q ini. kmu pertamax nh yg comment, :D
      saran q sh kalau pas lg ad ide, tulis, ada ide, tulis,, jd saat lg ada mood, tgl di arrange aja tuh semua nya biar alurnya lebih bagus. <<saran bwt diriku sendiri jg sh, hahahaha.

      Delete
  2. Replies
    1. sip, terima kasih sudah menyempatkan diri membaca karya q :)

      Delete
  3. wah hebat temanku, bisa buat cerpen, coba karya nya di kirim ke gramedia, siapa tahu di terbitkan, sayang loh karya nya bagus nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sh, rncana pengen mw ngirim cerpen ini ke gagasmedia,, lg dicoba. doakan diterbitkan ya :)

      Delete

Silahkan mengirimkan komentar yang sopan, tanpa mengandung spam.
Komentar Anda akan menunggu moderasi sebelum ditampilkan.
Terima kasih.